Rabu, 22 Maret 2017

17 PULAU RIUNG FLORES NTT

Dimanja di Taman Laut 17 Pulau Riung, Flores



*tok tok tok*

“Satya, wake up. It’s 7 am already. The boat driver’s already here” panggil Carol sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku.

Aku bangun setengah melompat dari tempat tidur. Kaget. Kulirik jam. Sudah jam tujuh pagi. Duh! Kok bisa-bisanya bangun kesiangan.

Kubuka pintu, berterima kasih kepada Carol telah membangunkanku dan meminta maaf bangun terlambat. Kukatakan pula aku akan siap dalam 15 menit.

*gosok gigi, pakai baju renang, pakai sunblock, siapin kamera, ambil fin & goggle*

Dengan tergopoh-gopoh aku lari ke depan menghampiri anggota rombongan yang lain. Tepat ketika kami mau berangkat, Om Oetam keluar dari rumahnya.

“Loh, Satya kesiangan ya? Sudah sarapan belum?” tanya Om Oetam.

“Iya Om. Hehehe. Nggak apa-apa Om. Masih bisa tahan sampai makan siang” jawabku.

“Duh, jangan sampai nggak sarapan dong. Sudah, biarkan saja mereka duluan. Nanti Om antarkan ke pelabuhan naik motor” ujar Om Oetam.

Dengan bahasa Inggrisnya yang fasih, Om Oetam meminta empat turis itu berjalan kaki duluan ke pelabuhan. Dari penginapan Nirvana, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju kesana.

Segera kuhabiskan sarapan yang terhidang di meja. Om Oetam menyalakan sepeda motornya dan memboncengku ke pelabuhan.

Baru saja motor melaju sebentar, saya sudah minta turun. Pengen jalan kaki di antara pohon-pohon kelapa yang berjejer rapi saja. Tetapi karena harus mengejar kapal ya tancap lagi naik motor.


Jalan menuju pelabuhan dari desa Riung
Sebelum naik kapal jangan lupa untuk membayar biaya masuk ke Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung sebesar Rp 5.000,- untuk wisatawan domestik dan Rp 100.000,- untuk wisatawan mancanegara. Jauh banget ya bedanya. Hmmm…

Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung ini sebenarnya terdiri dari lebih dari 20 pulau. Lalu mengapa angka 17 yang dipakai? Ternyata alasannya karena patriotisme. Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadilah diambil angka 17 sebagai nama Taman Wisata Alam ini.


Jembatan pelabuhan Riung
Gugusan pulau-pulau di Taman Laut 17 Riung terdiri dari pulau besar dan pulau kecil. Diantaranya adalah Pulau Ontoloe, Pulau Rutong, Pulau Tiga, Pulau Wire, Pulau Sui, Pulau Taor, Pulau Meja, Pulau Tembaga, Pulau Bampa, Pulau Patta, Pulau Halima, Pulau Besar, Pulau Lainjawa, Pulau Kolong, Pulau Dua, Pulau Borong dan Pulau Pau.

Dari keseluruhan pulau tersebut, ada tiga pulau yang akan kami kunjungi yaitu Pulau Ontoloe, Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Tiga pulau primadona yang memang paling sering menjadi destinasi utama wisatawan yang datang ke Riung.


Pulau Ontoloe yang dikelilingi bakau menjadi habitat kalong dan binatang lainnya
“Di Pulau Ontoloe nanti, banyak sekali kalong. Orang kita jadi suka bilang itu pulau kalong” ujar Bang Aco, sang empunya kapal.


Sssttt... Kalongnya mau bobok...
Bang Aco kembali berpesan untuk tidak menimbulkan suara gaduh ketika melintasi Pulau Ontoloe. Mesin kapal juga akan dimatikan ketika melintasi pulau.

“Banyak sekali orang kita yang menjual atraksi Pulau Ontoloe ini dengan memukul-mukul air atau batang pohon dengan kayu agar gaduh dan melihat kelelawar (kalong) beterbangan. Kasihan kan kalongnya sedang tidur dibangunkan suara manusia. Ada baiknya kita melihat mereka di habitat aslinya tanpa mengganggu mereka sama sekali” ujar Bang Aco panjang lebar.

Aku terpana.

Bang Aco ini keren sekali. Tidak banyak tour operator yang seperti dia. Biasanya kan apapun dilakukan asal wisatawan senang. Kalau Bang Aco tidak. Sebisa mungkin kita, wisatawan diajarkan untuk tidak mengusik binatang dan alam. Kita yang datang bertamu dan sepatutnya menghormati mereka di habitat mereka.

Carol menawarkan aku untuk melihat kalong-kalong yang sedang tertidur menggantung di ranting pohon lewat binocular / teropong yang dia bawa. Asyik, bisa melihat mereka dari dekat tanpa harus menganggu. Walau hampir kebanyakan sedang tidur, ada beberapa kalong yang berterbangan dari pohon ke pohon. Mungkin mencari tempat untuk tidur yang uenak…


Kamu mau kemana, Long (kalong)?
Kuakui baru kali ini kulihat kelelawar tidur di ranting pohon yang disinari matahari. Jelas-jelas mereka makhluk yang tidak suka terkena cahaya dan biasa tidur di goa. Ternyata ada juga yang senang sunbathing. Hehehehe…

Di Pulau Ontoloe ini juga terdapat komodo namun dengan ukuran yang lebih kecil, tidak sebesar komodo di Taman Nasional Komodo. Cuma mereka susah ditemui karena lebih lincah. Suka hinggap di atas pohon juga. Jadi mata kita harus ekstra jeli untuk mencari keberadaan komodo kecil ini. Orang lokal di Riung sering menyebutnya “Mbou”.

Jika ingin trekking keliling Pulau Ontoloe ini bisa asalkan membawa pemandu yang sudah berpengalaman. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami harus segera bertolak ke pulau berikutnya dan tidak bisa masuk ke dalam pulau.

Setelah kapal kami didorong menjauh dari pulau, barulah Bang Aco menghidupkan mesin kapal. Tujuan kami berikutnya adalah Pulau Rutong, pulau yang jadi primadona di Taman 17 Pulau Riung ini. Saya pun tertarik untuk datang ke Riung karena melihat foto-foto pulau Rutong yang dipost teman saya, Wira Nurmansyah di blognya.

Sedari pagi, angin bertiup sangat kencang bahkan air laut Riung yang biasanya tenang jadi riak gelombang. Mau snorkelling rasanya agak kurang enak. Jadi ketika yang lain sedang snorkelling, aku memilih untuk memanjat bukit di Pulau Rutong. Supaya bisa foto-foto dulu sebelum rambutnya basah kena air laut kan.


Pulau Rutong
Bukitnya kecil banget dan mudah untuk didaki. Tak sampai 10 menit, aku sudah berada di puncak bukit.

Cantik banget! Pekikku.

Ilalang terusik oleh angin, diajak bermain. Bunyi-bunyinya menyenangkan, menenangkan.
Kupanjat satu-satunya pohon yang ada di situ. Duduk santai sekalian ngadem. Cukup lama aku ngadem-ngadem di atas pohon sampai rombonganku datang menyusul. 


Satu-satunya pohon di puncak bukit pulau Rutong yang kupanjat dan bersantai-santai di dahannya





Bang Aco mengajak kami berangkat pindah pulau ke sebelah alias Pulau Tiga.

“Nanti kita makan siang di sana ya. Sudah dapat ikan tongkol tadi mancing” ujarnya.

Sedaaaaaappppp! Mari kita makan siang!


Menyiapkan makan siang dengan ikan yang baru dipancing. Nyam!
Cuma 10 menit waktu yang dibutuhkan untuk menuju Pulau Tiga dengan Kapal. Disanalah aku bertemu dengan si Nyong Ambon yang sedang Island Hopping dengan rombongan lain. Kami hanya berbeda rute saja. Aku ke Rutong, di ke Tiga. Aku ke Tiga, dia mau ke Rutong. Nggak jodoh.


Pulau Flores dilihat dari Pulau Tiga


Pulau Tiga

Happy couple on my journey to Riung, Carol & Gerant. See you in London!
Kuakui kondisiku saat itu lagi nggak fit. Efek kelelahan jalan berhari-hari mungkin. Hidung nggak terlalu enak, seperti mau flu.

Benar saja, ketika snorkelling dan mencoba main-main ke kedalaman 5 meter, kepala rasanya mendengung mau meledak. Cepat-cepat aku naik ke permukaan. Rasanya sakit sekali. Duh, diurungkan deh niat untuk berenang terlalu dalam. Sekitar 3 meter sajalah berenangnya. Itu pun cuma sebentar-sebentar.


Nggak bisa berenang terlalu dalam dulu tapi tetap selfie ya...
Lagi asyik berenang, Bang Aco memanggil karena makanan sudah dihidangkan, siap untuk disikat! Langsung kami mendekat ke meja dan mulai mengisi piring-piring kami dengan nasi, lauk yang sudah disiapkan sewaktu berangkat dan tentu saja nggak lupa dengan ikan tongkol yang baru saja selesai dibakar dengan bumbu spesial Bang Aco.


Tongkol bakar bumbu spesial Bang Aco
ENAK BANGET!

Cuma itu komentarku. Kami duduk di pasir dan menikmati hidangan kami. Nggak ada yang nggak nambah. Semuanya ketagihan atau kelaparan ya? Hahaha…

Setelah menandaskan piring, kami langsung berenang-berenang hore lagi. Jam menunjukkan pukul dua siang. Masih lama menuju waktu matahari terbenam. Bang Aco bilang kalau spot terbaik untuk melihat sunset adalah di puncak bukit di Pulau Rutong. Saya pun mengusulkan untuk kembali ke Rutong dan menunggu matahari terbenam di sana. Semuanya setuju dan kami langsung bertolak. Sebelum ke Rutong, Bang Aco menunjuk satu snorkelling spot dan saya ikut turun walau kepala masih sakit.
Riak gelombang sudah tidak setinggi tadi pagi, sudah lebih enak untuk diselami. Setelah berenang kesana-sini, saya tidak beruntung bertemu dengan ikan hias yang lucu. Ikannya banyak tapi bukan ikan hias yang aku cari. Sebalnya si Nyong bilang dia ketemu banyak clown fish yang lucu waktu snorkelling di Riung dan aku nggak nemu.

Walau begitu, aku tetap terhibur dengan hamparan terumbu karang berwarna biru yang menawan. Swim, swim, swim, happily swim~

Di Pulau Rutong, saya bertemu lagi dengan si Nyong Ambon yang ditinggal pulang rombongannya. Asyikkkk ada teman buat foto-foto seru. Kami keliling pulau bareng dan ngobrol. Baru sekali ketemu tapi asyik sekali.


Kenalkan ini si Nyong Ambon yang backpackeran berbulan-bulan keliling Indonesia. Kalian bisa cek instagramnya untuk mengikuti perjalanannya.
Senja dari pulau Rutong
Matahari sudah menunjukkan tanda-tanda akan kembali ke peraduan. Sambil disinari hangatnya sinar matahari berwarna jingga, kami mengabadikan cantiknya pemandangan.


Senja yang memesona ya...

Senang bertemu denganmu, Riung. Sampai jumpa lagi. Terima kasih untuk keindahanmu yang memanjakanku.

Notes : 

1. Untuk info transportasi menuju Riung, bisa dibaca di sini ya
2. Biaya untuk sewa perahu di Riung sekitar Rp 500.000 - Rp 700.000 per hari dengan kapasitas sekitar 10 orang.
3. Terdapat penyewaan alat snorkeling di NIRVANA Riung. Tetapi untuk yang ingin menyelam, diving, bisa membawa alat sendiri.
4. Biaya sewa perahu itu sudah termasuk satu kali makan siang yang disiapkan oleh pemandu kita.
5. Biaya masuk Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung sebesar Rp 5000,- untuk wisatawan domestik dan Rp 100.000,- untuk wisatawan asing.
6. Jadilah pejalan yang bertanggung jawab, Tidak mengambil apapun selain foto, tidak meninggalkan apapun selain jejak dan tidak membunuh apapun selain waktu. Selamat menikmati Riung ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar