Rabu, 22 Maret 2017

17 PULAU RIUNG FLORES NTT

Dimanja di Taman Laut 17 Pulau Riung, Flores



*tok tok tok*

“Satya, wake up. It’s 7 am already. The boat driver’s already here” panggil Carol sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku.

Aku bangun setengah melompat dari tempat tidur. Kaget. Kulirik jam. Sudah jam tujuh pagi. Duh! Kok bisa-bisanya bangun kesiangan.

Kubuka pintu, berterima kasih kepada Carol telah membangunkanku dan meminta maaf bangun terlambat. Kukatakan pula aku akan siap dalam 15 menit.

*gosok gigi, pakai baju renang, pakai sunblock, siapin kamera, ambil fin & goggle*

Dengan tergopoh-gopoh aku lari ke depan menghampiri anggota rombongan yang lain. Tepat ketika kami mau berangkat, Om Oetam keluar dari rumahnya.

“Loh, Satya kesiangan ya? Sudah sarapan belum?” tanya Om Oetam.

“Iya Om. Hehehe. Nggak apa-apa Om. Masih bisa tahan sampai makan siang” jawabku.

“Duh, jangan sampai nggak sarapan dong. Sudah, biarkan saja mereka duluan. Nanti Om antarkan ke pelabuhan naik motor” ujar Om Oetam.

Dengan bahasa Inggrisnya yang fasih, Om Oetam meminta empat turis itu berjalan kaki duluan ke pelabuhan. Dari penginapan Nirvana, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju kesana.

Segera kuhabiskan sarapan yang terhidang di meja. Om Oetam menyalakan sepeda motornya dan memboncengku ke pelabuhan.

Baru saja motor melaju sebentar, saya sudah minta turun. Pengen jalan kaki di antara pohon-pohon kelapa yang berjejer rapi saja. Tetapi karena harus mengejar kapal ya tancap lagi naik motor.


Jalan menuju pelabuhan dari desa Riung
Sebelum naik kapal jangan lupa untuk membayar biaya masuk ke Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung sebesar Rp 5.000,- untuk wisatawan domestik dan Rp 100.000,- untuk wisatawan mancanegara. Jauh banget ya bedanya. Hmmm…

Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung ini sebenarnya terdiri dari lebih dari 20 pulau. Lalu mengapa angka 17 yang dipakai? Ternyata alasannya karena patriotisme. Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadilah diambil angka 17 sebagai nama Taman Wisata Alam ini.


Jembatan pelabuhan Riung
Gugusan pulau-pulau di Taman Laut 17 Riung terdiri dari pulau besar dan pulau kecil. Diantaranya adalah Pulau Ontoloe, Pulau Rutong, Pulau Tiga, Pulau Wire, Pulau Sui, Pulau Taor, Pulau Meja, Pulau Tembaga, Pulau Bampa, Pulau Patta, Pulau Halima, Pulau Besar, Pulau Lainjawa, Pulau Kolong, Pulau Dua, Pulau Borong dan Pulau Pau.

Dari keseluruhan pulau tersebut, ada tiga pulau yang akan kami kunjungi yaitu Pulau Ontoloe, Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Tiga pulau primadona yang memang paling sering menjadi destinasi utama wisatawan yang datang ke Riung.


Pulau Ontoloe yang dikelilingi bakau menjadi habitat kalong dan binatang lainnya
“Di Pulau Ontoloe nanti, banyak sekali kalong. Orang kita jadi suka bilang itu pulau kalong” ujar Bang Aco, sang empunya kapal.


Sssttt... Kalongnya mau bobok...
Bang Aco kembali berpesan untuk tidak menimbulkan suara gaduh ketika melintasi Pulau Ontoloe. Mesin kapal juga akan dimatikan ketika melintasi pulau.

“Banyak sekali orang kita yang menjual atraksi Pulau Ontoloe ini dengan memukul-mukul air atau batang pohon dengan kayu agar gaduh dan melihat kelelawar (kalong) beterbangan. Kasihan kan kalongnya sedang tidur dibangunkan suara manusia. Ada baiknya kita melihat mereka di habitat aslinya tanpa mengganggu mereka sama sekali” ujar Bang Aco panjang lebar.

Aku terpana.

Bang Aco ini keren sekali. Tidak banyak tour operator yang seperti dia. Biasanya kan apapun dilakukan asal wisatawan senang. Kalau Bang Aco tidak. Sebisa mungkin kita, wisatawan diajarkan untuk tidak mengusik binatang dan alam. Kita yang datang bertamu dan sepatutnya menghormati mereka di habitat mereka.

Carol menawarkan aku untuk melihat kalong-kalong yang sedang tertidur menggantung di ranting pohon lewat binocular / teropong yang dia bawa. Asyik, bisa melihat mereka dari dekat tanpa harus menganggu. Walau hampir kebanyakan sedang tidur, ada beberapa kalong yang berterbangan dari pohon ke pohon. Mungkin mencari tempat untuk tidur yang uenak…


Kamu mau kemana, Long (kalong)?
Kuakui baru kali ini kulihat kelelawar tidur di ranting pohon yang disinari matahari. Jelas-jelas mereka makhluk yang tidak suka terkena cahaya dan biasa tidur di goa. Ternyata ada juga yang senang sunbathing. Hehehehe…

Di Pulau Ontoloe ini juga terdapat komodo namun dengan ukuran yang lebih kecil, tidak sebesar komodo di Taman Nasional Komodo. Cuma mereka susah ditemui karena lebih lincah. Suka hinggap di atas pohon juga. Jadi mata kita harus ekstra jeli untuk mencari keberadaan komodo kecil ini. Orang lokal di Riung sering menyebutnya “Mbou”.

Jika ingin trekking keliling Pulau Ontoloe ini bisa asalkan membawa pemandu yang sudah berpengalaman. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami harus segera bertolak ke pulau berikutnya dan tidak bisa masuk ke dalam pulau.

Setelah kapal kami didorong menjauh dari pulau, barulah Bang Aco menghidupkan mesin kapal. Tujuan kami berikutnya adalah Pulau Rutong, pulau yang jadi primadona di Taman 17 Pulau Riung ini. Saya pun tertarik untuk datang ke Riung karena melihat foto-foto pulau Rutong yang dipost teman saya, Wira Nurmansyah di blognya.

Sedari pagi, angin bertiup sangat kencang bahkan air laut Riung yang biasanya tenang jadi riak gelombang. Mau snorkelling rasanya agak kurang enak. Jadi ketika yang lain sedang snorkelling, aku memilih untuk memanjat bukit di Pulau Rutong. Supaya bisa foto-foto dulu sebelum rambutnya basah kena air laut kan.


Pulau Rutong
Bukitnya kecil banget dan mudah untuk didaki. Tak sampai 10 menit, aku sudah berada di puncak bukit.

Cantik banget! Pekikku.

Ilalang terusik oleh angin, diajak bermain. Bunyi-bunyinya menyenangkan, menenangkan.
Kupanjat satu-satunya pohon yang ada di situ. Duduk santai sekalian ngadem. Cukup lama aku ngadem-ngadem di atas pohon sampai rombonganku datang menyusul. 


Satu-satunya pohon di puncak bukit pulau Rutong yang kupanjat dan bersantai-santai di dahannya





Bang Aco mengajak kami berangkat pindah pulau ke sebelah alias Pulau Tiga.

“Nanti kita makan siang di sana ya. Sudah dapat ikan tongkol tadi mancing” ujarnya.

Sedaaaaaappppp! Mari kita makan siang!


Menyiapkan makan siang dengan ikan yang baru dipancing. Nyam!
Cuma 10 menit waktu yang dibutuhkan untuk menuju Pulau Tiga dengan Kapal. Disanalah aku bertemu dengan si Nyong Ambon yang sedang Island Hopping dengan rombongan lain. Kami hanya berbeda rute saja. Aku ke Rutong, di ke Tiga. Aku ke Tiga, dia mau ke Rutong. Nggak jodoh.


Pulau Flores dilihat dari Pulau Tiga


Pulau Tiga

Happy couple on my journey to Riung, Carol & Gerant. See you in London!
Kuakui kondisiku saat itu lagi nggak fit. Efek kelelahan jalan berhari-hari mungkin. Hidung nggak terlalu enak, seperti mau flu.

Benar saja, ketika snorkelling dan mencoba main-main ke kedalaman 5 meter, kepala rasanya mendengung mau meledak. Cepat-cepat aku naik ke permukaan. Rasanya sakit sekali. Duh, diurungkan deh niat untuk berenang terlalu dalam. Sekitar 3 meter sajalah berenangnya. Itu pun cuma sebentar-sebentar.


Nggak bisa berenang terlalu dalam dulu tapi tetap selfie ya...
Lagi asyik berenang, Bang Aco memanggil karena makanan sudah dihidangkan, siap untuk disikat! Langsung kami mendekat ke meja dan mulai mengisi piring-piring kami dengan nasi, lauk yang sudah disiapkan sewaktu berangkat dan tentu saja nggak lupa dengan ikan tongkol yang baru saja selesai dibakar dengan bumbu spesial Bang Aco.


Tongkol bakar bumbu spesial Bang Aco
ENAK BANGET!

Cuma itu komentarku. Kami duduk di pasir dan menikmati hidangan kami. Nggak ada yang nggak nambah. Semuanya ketagihan atau kelaparan ya? Hahaha…

Setelah menandaskan piring, kami langsung berenang-berenang hore lagi. Jam menunjukkan pukul dua siang. Masih lama menuju waktu matahari terbenam. Bang Aco bilang kalau spot terbaik untuk melihat sunset adalah di puncak bukit di Pulau Rutong. Saya pun mengusulkan untuk kembali ke Rutong dan menunggu matahari terbenam di sana. Semuanya setuju dan kami langsung bertolak. Sebelum ke Rutong, Bang Aco menunjuk satu snorkelling spot dan saya ikut turun walau kepala masih sakit.
Riak gelombang sudah tidak setinggi tadi pagi, sudah lebih enak untuk diselami. Setelah berenang kesana-sini, saya tidak beruntung bertemu dengan ikan hias yang lucu. Ikannya banyak tapi bukan ikan hias yang aku cari. Sebalnya si Nyong bilang dia ketemu banyak clown fish yang lucu waktu snorkelling di Riung dan aku nggak nemu.

Walau begitu, aku tetap terhibur dengan hamparan terumbu karang berwarna biru yang menawan. Swim, swim, swim, happily swim~

Di Pulau Rutong, saya bertemu lagi dengan si Nyong Ambon yang ditinggal pulang rombongannya. Asyikkkk ada teman buat foto-foto seru. Kami keliling pulau bareng dan ngobrol. Baru sekali ketemu tapi asyik sekali.


Kenalkan ini si Nyong Ambon yang backpackeran berbulan-bulan keliling Indonesia. Kalian bisa cek instagramnya untuk mengikuti perjalanannya.
Senja dari pulau Rutong
Matahari sudah menunjukkan tanda-tanda akan kembali ke peraduan. Sambil disinari hangatnya sinar matahari berwarna jingga, kami mengabadikan cantiknya pemandangan.


Senja yang memesona ya...

Senang bertemu denganmu, Riung. Sampai jumpa lagi. Terima kasih untuk keindahanmu yang memanjakanku.

Notes : 

1. Untuk info transportasi menuju Riung, bisa dibaca di sini ya
2. Biaya untuk sewa perahu di Riung sekitar Rp 500.000 - Rp 700.000 per hari dengan kapasitas sekitar 10 orang.
3. Terdapat penyewaan alat snorkeling di NIRVANA Riung. Tetapi untuk yang ingin menyelam, diving, bisa membawa alat sendiri.
4. Biaya sewa perahu itu sudah termasuk satu kali makan siang yang disiapkan oleh pemandu kita.
5. Biaya masuk Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung sebesar Rp 5000,- untuk wisatawan domestik dan Rp 100.000,- untuk wisatawan asing.
6. Jadilah pejalan yang bertanggung jawab, Tidak mengambil apapun selain foto, tidak meninggalkan apapun selain jejak dan tidak membunuh apapun selain waktu. Selamat menikmati Riung ;)

Rumah Adat Bajawa FLORES

Bena, Kampung Adat dalam Pelukan Gunung Inerie, Bajawa, Flores

Senin, 05 Januari 2015
Di kampung Bena serasa kembali ke jaman batu sejenak dan lupa akan hiruk pikuk kota metropolitan.

Sekali lagi, kontributor Skyscanner, Sutiknyo, berbagi cerita dan pengalaman travelnya - kali ini di Kampung Bena, sebuah kampung adat tidak jauh dari kota Bajawa, Flores. Masyarakatnya masih aktif berinteraksi dengan para leluhurnya dan memegang teguh budaya yang diwariskan leluhur mereka. Terinspirasi untuk melakukan lebih banyak wisata budaya di tanah air, why not?

Tentang Adat dan Budaya Kampung Bena

Rumah adat yang beratapkan ijuk berjajar rapi seperti umpak-umpak tersusun ketika Anda memasuki beranda depan kampung di sisi utara. Posisi kampung sendiri memanjang dari sisi utara ke selatan. Namun hanya di bagian utaralah kita bisa melewati pintu masuknya karena di bagian selatan kampung yang merupakan daerah tertinggi merupakan tebing terjal yang tidak bisa dilalui. Ada hal unik yan bisa kita lihat jika memperhatikan simbol di atas rumah warga ini: patung pria di atas rumah yang memegang parang dan lembing adalah Sakabolo, ini adalah rumah inti keluarga laki-laki.
kampung-bena-bajawa-flores-indonesia-timur-skyscanner-rumah-adat
Yang tak kalah menarik adalah ketika memasuki teras rumah warga kampung Anda akan menjumpai banyak sekali tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena. Tanduk, rahang dan taring babi yang digantung itu biasanya berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara adat oleh masing-masing suku yang ada di kampung.
kampung-bena-bajawa-flores-indonesia-timur-skyscanner-tari-adat
_Nga’du _dan _bhaga _adalah dua simbol leluhur kampung yang berada di halaman, _kisanatapat, _tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka. Nga’du berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai sebuah payung. Sedangkan bhaga berati symbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah.
kampung-bena-bajawa-flores-indonesia-timur-skyscanner-batu-nabe-makam
Lain halnya dengan batu nabe. Di bawah susunan batu nabe terdapat makam leluhur mereka. Biasanya dipakai oleh tetua adat kampung untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi di kampung Bena. Selain dipakai untuk sarana berkomunikasi dengan leluhur, batu nabe juga tempat untuk menaruh sesaji buat para leluhur mereka.

Gunung Inerie yang terkenal di Flores

Kampung Bena berada dalam pelukan gunung Inerie (2.245 mdpl). Penduduk setempat percaya bahwa di puncak gunung Inerie bersemayam dewa Zeta yang melindungi kampung mereka. Itu sebabnya mereka selalu menghormati gunung ini. Letak kampung Bena yang tidak terlalu jauh dari kota Bajawa membuat kampung ini cukup dikenal terutama di kalangan wisatawan mancanegara.
kampung-bena-bajawa-flores-indonesia-timur-skyscanner-gunung-inerie
Karena letaknya di lereng gunung, maka udara di kampung ini cukup sejuk sehingga sekedar uduk santai di teras rumah adat yang berjajar rapi pun menjadi aktivitas menyenangkan untuk dilakukan di kampung ini. Bercengkrama dengan ombrolan hangat dengan warga kampung membuat siapapun lupa waktu, apalagi dengan suguhan moke nan nikmat. Kalau lagi beruntung menu rebusan singkong dan sambel teri patut di coba, menu ini biasanya ketika upacara adat tiba.

Sembilan Suku di Kampung Bena

Di Bena terdapat sembilan suku yang menghuni 45 rumah. Kesembilan suku itu adalah suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Yang membedakan satu suku dengan suku lainnya adalah tingkatannya sebanyak 9 tingkat. Tiap suku berada di satu tingkatan, suku Bena sendiri berada di tengah dan dianggap suku paling tua dan pendiri kampung dan karena itulah nama kampung ini kampung Bena.
kampung-bena-bajawa-flores-indonesia-timur-skyscanner-pesta-adat
Jika akan ada acara adat biasanya para tetua adat dari suku-suku yang mendiami kampung akan bermusyawarah terlebih dahulu. Kesembilan suku yang hidup di kampung ini begitu harmonis dan saling menghargai. Bentuk kebersamaan mereka semakin terlihat ketika terdapat pembangunan rumah adat. Semua bergotong royong mengerahkan tenaganya untuk membangun atau pun merenovasi sebuah rumah adat.
kampung-bena-bajawa-flores-indonesia-timur-skyscanner-jaman-batu
Berada di kampung bena ini kita akan disuguhi sebuah pertunjukan megah zaman megalithikum. Hamparan bebatuan Megalith tertata apik untuk sarana upacara adat. Sejak dulu warga Bena selalu percaya bahwa gunung, batu dan hewan-hewan harus dihormati sebagai bagian dari kehidupan.

Cara Menuju Bena: Penerbangan ke Kupang atau Labuan Bajo

Pilihan pertama adalah dari Jakarta cari penerbangan ke Labuan Bajo (biasanya) transit di Bali dan dari Labuan Bajo naik travel menuju Bajawa. Dari Bajawa Anda dapat menyewa mobil atau naik ojek untuk menuju ke kampung Bena.
Rute kedua adalah penerbangan ke Kupang dan dari Kupang naik pesawat lagi menuju Ende. Lalu dari Ende Anda dapat naik travel atau bis umum menuju Bawaja dan setelah sampai Bajawa Anda dapat memilih sewa mobil atau ojek.
Namun ada juga wisatwan yang menyewa mobil langusng dari Labuan Bajo ataupun Ende. Jarak kampung Bena dari ibukota kabupaten hanya sekitar 18 kilometer. Pilihan di tangan Anda.
Baca juga: Menikmati 5 Pantai Cantik di Pulau Semau, Kupang, Nusa Tenggara Timur

Tips dan Rekomendasi Tempat Wisata di Bena

Datanglah dengan Pemandu lokal karena mereka akan menceritakan segala hal tentang kampung ini. Biasanya pemandu-pemandu ini adalah warga kampung Bena itu sendiri yang sudah dibina menjadi pemandu wisata. Adapun beberapa lokasi wisata yang seru untuk dikunjungi sekitar Bajawa antara lain:
1. Desa Bela: sebuah desa adat yang tidak jauh lokasinya dari Bena
2. Air Panas SOA: pemandian air panas yang letaknya tidak jauh dari kota Bajawa. Cara yang menyenangkan untuk menghilangkan rasa lelah dengan berendam di air panas yang memancar dari perut bumi dan membentuk sebuah kolam kecil di daerah SOA.

Cunca Wulang Labuan Bajo flores

Cunca Wulang, Air Terjun yang Super Indah di Flores

Manggarai Barat - Serba indah di Flores. Dari pantai, alam bawah laut, pulau, sampai air terjunnya. Air Terjun Cunca Wulang memiliki air jernih berwarna toska yang indahnya tiada dua.

Air terjun Cunca Wulang berada di Desa Wersawe, Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Jika ditotal, jaraknya sekitar 30 km dari Labuan Bajo. Air terjun ini berada di antara Labuan Bajo dan Ruteng.

Ada banyak cara mencapai air terjun ini, mulai dari naik mobil, sampai naik motor. Tinggal pilih mau yang mana. Satu yang harus diingat, jalanan menuju air terjun ini cukup menantang karena berliku dan banyak dilalui kendaraan besar.


(Nafisah Wulandari/d'Traveler)

Untuk mencapai air terjun ini, pengunjung diwajibkan menggunakan jasa pemandu lokal. Karena rutenya keluar masuk hutan dan melewati jalan setapa. Meski tergolong mudah, rutenya lumayan untuk sekalian olahraga lho!

Setelah menembus hutan selama 45 menit, akhirnya sampailah di area air terjun. Sumpah, takkan menyesal telah berkeringat dan lelah selama hampir 1 jam itu. Pemandangannya luar biasa!


(Nafisah Wulandari/d'Traveler)

Air terjun yang meluncur di antara bebatuan besar menghasilkan bunyi deras yang khas. Airnya yang jernih berwarna toska yang sangat cantik.

Satu yang tak boleh dilewatkan saat sudah sampai ke sini adalah menjajal lompat dari ketinggian. Ada batu setinggi 4 meter yang bisa menjadi tempat lompatan. Byur, air segar menyergap saat melompat ke sana.




Jika ingin melihat Air Terjun Cunca Wulang dari sudut berbeda, bisa datangi situs Ekspedisi Langit Nusantara. Ekspedisi ini mengajak Anda melihat cantiknya Indonesia dari ketinggian.

Elang Timur akan berkeliling Flores pada hari ini, Sabtu (7/5/2016), termasuk ke Air Terjun Cunca Wulang. Traveler bisa melihatnya melalui layanan streaming atau rekaman di sini.

Danau Kelimutu ENDE FLORES

Rahasia Danau Kelimutu di Ende, Bisa Bersalin Warna 44 Kali

Jum'at, 08 Januari 2016 | 18:51 WIB
Rahasia Danau Kelimutu di Ende, Bisa Bersalin Warna 44 Kali
Danau Kawah Kelimutu di Flores, Indonesia. Kawah dengan tiga danau yang warna airnya dapat berubah-ubah sepanjang tahun ini telah menjadi salah satu objek wisata populer di Indonesia. Wikimedia.org
TEMPO.CO, Ende - Hari masih gelap saat sejumlah turis menyusuri jalan setapak menuju puncak Gunung Kelimutu, Ende, Nusa Tenggara Timur. Mereka berjalan cepat ke puncak untuk menyaksikan suasana matahari terbit. Tampak kabut putih menyelimuti puncak gunung. Setengah jam kemudian, semburat sinar merah muncul dari arah timur.

Saat sinar itu makin terang, tampaklah Danau Kelimutu, yang berupa kawah di antara puncak gunung. Belasan orang ramai-ramai mengambil gambar danau tersebut. Dalam satu kawasan di ketinggian 1.640 meter di atas permukaan laut itu, terdapat tiga danau yang dihasilkan lewat proses vulkanis gunung api. “Saya datang ke sini untuk melihat danau unik ini,” kata turis domestik asal Malang, William Wijaya, kepada Tempo di puncak Gunung Kelimutu, pertengahan Desember 2015 lalu.

Danau yang terletak 54 kilometer di sebelah timur Kota Ende—waktu tempuh sekitar 2 jam—itu dikenal sebagai danau tiga warna karena memiliki tiga warna: merah, biru, dan putih. Warna itu berubah-ubah dalam jangka waktu tertentu.

Danau tersebut diberi nama lokal sesuai dengan keyakinan masyarakat tempat. Danau yang paling dalam, sekitar 127 meter, disebut Tiwu Nua Muri Koo Fai (Danau Pemuda dan Gadis). Pagi itu, danau seluas 5,5 hektare itu tampak berwarna hijau lumut. Di bagian tenggara terdapat Tiwu Ata Polo alias Danau yang Mempesona sedalam 64 meter dengan luas 4 hektare. Danau itu diperkirakan menjadi salah satu sumber air bagi Sungai Ria Mbuli yang mengalir di Gunung Kelimutu. Warnanya pada hari itu hijau.

Sekitar setengah kilometer dari puncak, terdapat Tiwu Ata Mbupu (Danau Orang Tua) yang berwarna hijau. Luasnya 4,5 hektare dengan kedalaman 67 meter. Ketiga danau memiliki bentuk, kondisi hidrotermal, dan geokimia yang berbeda. “Itulah yang menjadi daya tarik Danau Kelimutu,” kata Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kelimutu, Benedictus Rio Wibawanto.



Data Balai Taman Nasional Kelimutu menunjukkan, selama 1915-2011, Ata Polo mengalami 44 kali perubahan warna, Nua Muri Koo Fai berubah warna 25 kali, dan Ata Mbupu 16 kali bersalin warna. Tak ada jadwal dan pola perubahan yang pasti.

Perubahan terkadang menghasilkan warna campuran. Data Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan, pada Mei 1997, air Ata Polo berubah warna dari cokelat dan hijau tua menjadi merah hati. Mbupu berubah dari cokelat tua menjadi hijau kecokelatan. Sedangkan Nua Muri Koo Fai berubah menjadi putih telur asin dari biru dan hijau muda. Empat tahun lalu, warna danau hampir seragam hijau. Setahun kemudian, warna berubah menjadi hijau dan hitam.

Riset Pasternak 20 tahun lalu menunjukkan Kelimutu termasuk gunung api tipe stratovolcano yang tak banyak mengeluarkan material vulkanis. Gunung ini terakhir kali meletus pada 1968. Aktivitas vulkanis Gunung Kelimutu tercatat 11 kali selama 1830-1996. Adapun perubahan warna air tiga danau itu terjadi sejak letusan pada 1886.

Sejumlah ilmuwan menduga perubahan warna itu terjadi karena aktivitas gunung api, pembiasan cahaya matahari, mikrobiota air, zat kimia terlarut, ganggang, dan pantulan warna dinding dan dasar danau. Tapi, menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan Danau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Titi Novitha Harapah, penelitian yang lebih akurat menyimpulkan bahwa warna danau yang berubah-ubah disebabkan oleh proses geokimia di dasar danau yang menghasilkan kandungan zat kimia tertentu di dalam air.

Peralihan warna air menjadi hijau dimungkinkan oleh perubahan komposisi kimia air kawah akibat perubahan gas-gas gunung api atau bisa pula dampak kenaikan suhu. Sedangkan naiknya konsentrasi zat besi dalam fluida menghasilkan warna merah dan cokelat tua. Warna hijau lumut mungkin berasal dari biota jenis lumut. Perubahan warna terjadi akibat erosi dinding atas danau dan dasar kawah yang menyingkap material-material tertentu.

Danau ini sangat rawan bila terjadi gempa atau getaran hebat. Kepala Subdirektorat Pengendalian Kerusakan Danau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Syamsuhari, mengatakan dinding pemisah antara Nua Muri Koo Fai dan Ata Polo merupakan bagian yang paling labil karena berupa dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat dan ketinggian 50-150 meter.

“Bila terjadi gempa dalam skala besar, kedua danau bisa menyatu,” kata dia. Karena itu, kata Syamsuhari, diperlukan kajian untuk memberikan panduan kepada turis ihwal tempat berlindung ketika berada di sekitar Danau Kelimutu.

Walau berada di taman nasional sejak kawasan tersebut ditetapkan pada 1992, bukan berarti danau ini sepenuhnya aman dari ancaman. Salah satu ancaman utama datang dari sampah yang dibuang pengunjung.

Ada sekitar 30 pedagang air kemasan plastik dan makanan ringan di gunung itu. Turis domestik yang justru menjadi pembuang sampah sembarangan. Jumlah mereka lebih banyak dibanding turis asing. Tahun lalu, total jumlah pengunjung sekitar 54 ribu dengan 41 ribu di antaranya turis domestik. Pengelola memberlakukan tarif “diskriminatif”: turis asing dikenai tiket masuk Rp 150 ribu untuk sekali kunjungan, sedangkan turis domestik hanya Rp 5.000.

Namun ada kabar baik yang bisa menyelamatkan kawasan taman nasional ini. Di sana ada hukum adat yang melarang jual-beli tanah di sekitar taman nasional. Bila dilanggengkan, local wisdom itu akan mencegah perubahan peruntukan lahan menjadi untuk bangunan komersial seperti hotel dan resor. Selain itu, ada kepercayaan masyarakat lokal bahwa jiwa atau arwah orang yang meninggal akan datang ke Kelimutu dan masuk ke salah satu danau. “Tempat ini dianggap sakral. Keyakinan itu membantu menyelamatkan danau,” kata Wibawanto.

Daerah Pariwisata Flores


11 Tempat Wisata Menarik Di Flores

ReyGinaWisata - Flores yang dalam bahasa Portugis yang berarti "bunga" berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Dengan luas wilayah sekitar 14.300 kilometer persegi, Pulau Flores memiliki beberapa Tempat Wisata Menarik yang layak untuk Anda kunjungi seperti Keindahan Pantai Pink, Keunikan Danau Kelimutu, Danau Sano Nggoang atau Air Terjun Cunca Rami.

Flores juga memiliki salah satu dari sekian hewan langka di dunia yaitu Varanus Komodoensis atau yang lebih dikenal dengan sebutan Biawak Raksasa atau hewan purba Komodo yang hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Komodo.

Di Flores juga terdapat situs arkeologi Liang Bua, yang pada tahun 2003 lalu telah ditemukan fosil dari spesies Manusia Hobit. Lalu apa lagi tempat wisata menarik lainnya di Pulau Flores?

Berikut 11 Tempat Wisata Menarik Di Flores lainnya yang dapat Anda kunjungi di Pulau Flores dan sekitarnya.

1. Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo
Taman Nasional Komodo terletak di antara Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Taman nasional seluas 1817 kiometer persegi ini terdiri dari tiga pulau besar yaitu Pulau Komodo, Pulau Padar dan Pulau Rinca dan beberapa pulau kecil lainnya.
Taman nasional yang didirikan pada tahun 1980 ini untuk melindungi hewan Komodo dari habitatnya. Di taman nasional ini juga terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari benua Asia dengan benua Australia. Selain itu di tempat ini juga terdapat Taman Laut yang setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu karang serta ada sekitar 1.000 spesies ikan yang banyak menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini.
Daya tarik dari Taman Nasional Komodo yaitu adanya reptil raksasa purba Biawak Komodo (Varanus Komodoensis), Panorama Savana yang menakjubkan, Panorama Bawah Laut yang bagaikan surga, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan, hiking hingga camping. Mengunjungi Taman Nasional Komodo Anda juga dapat menikmati pemandangan alam yang sangat menawan yang merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. 
Pada tahun 1991, Taman Nasional Komodo diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO serta pada tanggal 11 November 2011, Taman Nasional ini juga masuk sebagai New 7 Wonders bersama-sama dengan Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa serta Table Mountain. 

2. Taman Nasional Kelimutu

Taman Nasional Kelimutu
Taman Nasional Kelimutu juga merupakan salah satu Tempat Wisata Menarik di Flores, Nusa Tenggara Timur. Taman ini terdiri dari bukit-bukit dan gunung-gunung dengan Gunung Kelibara (1.731 mdpl) sebagai puncak tertingginya. Sementara di Gunung Kelimutu terdapat Danau Tiga Warna yang juga merupakan tempat wisata menarik di Taman Nasional Kelimutu.
Di Taman Nasional Kelimutu juga terdapat arboretum, hutan kecil seluas 4,5 hektar dengan 78 jenis pohon seperti uta onga (begonia kelimutuensis), turuwara (rhododendron renschianum) dan argoni (vaccinium varingiaefollum) yang oleh masyarakat sekitar diyakini sebagai makanan para dewa. 

3. Pantai Pink

Pantai Pink
Pulau Komodo bukan saja terkenal dengan satwa aslinya yaitu hewan purba Komodo, tetapi juga memiliki sebuah pantai unik yaitu Pantai Pink. Di pantai ini Anda akan terpesona dengan jernihnya air laut serta hamparan pasir berwarna pink yang hanya ada dua di dunia.

Warna pink pada pasir ini berasal dari butiran terumbu karang yang memiliki warna merah yang bercampur dengan air laut. Kemudian ditambah dengan adanya pantulan sinar matahari yang membuat warna pink pada pasir ini semakin jelas terlihat.

4. Pulau Kanawa

Pulau Kanawa
Pulau Kanawa adalah pulau kecil yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Labuan Bajo yang menjadi pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo. Pulau Kanawa sangat cocok untuk tempat bersantai, berjemur matahari, snorkeling maupun diving. Alam bawah lautnya sangat menawan. Di tempat ini Anda dapat menemukan terumbu karang, coral, school of fish, kura-kura, bintang laut dan berbagai jenis biota laut lainnya.
Di Pulau Kanawa juga terdapat 13 cottage minimalis yang membuat Anda merasa tenang dan nyaman dengan suasana yang sangat romantis, restaorant serta PADI diving center.

5. Danau Sano Nggoang

Pulau Sano Nggoang
Danau Sano Nggoang adalah danau vulkanik seluas 513 hektar yang terletak di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Danau yang berada pada ketinggian 750 mdpl dengan kedalaman danau sekitar 600 meter menjadi daya tarik tersendiri karena memiliki kadar belerang yang cukup tinggi. Oleh karenanya aktivitas mandi untuk kesehatan kulit adalah salah satu tujuan utama datang ke danau ini selain juga sebagai untuk reflesing, berkeliling danau dengan menunggang kuda, bird watching dan lain sebagainya.

6. Pantai Koka

Pantai Koka
Pantai Koka atau yang dijuluki dengan The Dream Beach ini terletak di Desa Wolowiro, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Kota Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pantai Koka merupakan salah satu Tempat Wisata Menarik di Flores impian para wisatawan.Pemandangannya yang indah, hamparan pasir putih nan bersih dan lembut, air lautnya yang jernih berwarna hijau kebiruan serta alamnya yang masih alami serta ombaknya yang cukup menantang menjadikan Pantai Koka sebagai destuinasi wisata yang jangan sampai Anda lewatkan jika berlibur ke Flores.
 

7. Air Terjun Cunca Rami

Air Terjun Cunca Rami
Selain Taman Nasional Komodo, Flores juga memiliki Tempat Wisata Menarik lainnya yaitu Air Terjun Cunca Rami. Air terjun yang dikelilingi hutan rindang nan asri setinggi 30 meter ini terletak di kawasan hutan tropis Mbeliling, Kampung Roe, Desa Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 
Air Terjun Cunca Rami dikelilingi oleh rindangnya pepohonan dengan pemandangan yang masih asri. Dengan tinggi air terjun sekitar 30 meter, air terjun ini memiliki debit air yang cukup besar hingga membentuk sebuah kolam yang menyerupai danau kecil yang dapat Anda gunakan untuk berendam atau sekedar bermain dengan air. 

8. Gua Liang Bua

Gua Liang Bua
Liang Bua adalah salah satu dari banyak gua karst di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gua ini terletak di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Gua ini merupakan tempat ditemukannya tengkorak Manusia Hobbit (Homo Floresiensis) pada tahun 2001 lalu.
Secara geologi, gua ini merupakan bentukan endokars yang berkembang pada batu gamping yang berselingan dengan batu gamping pasiran. Batuan gamping ini diperkirakan berasal dari Periode Miosen tengah atau sekitar 15 juta tahun yang lalu. 

9. Labuan Bajo 

Labuan Bajo
Labuan Bajo meruapakan sebuah pelabuhan yang menjadi pintu masuk menuju Taman Nasional Komodo. Di Labuan Bajo juga terdapat Tempat Wisata Menarik seperti Pantai Pede, Pantai Gorontalo, Puncak Waringin, Gua Batu Cermin serta beberapa tempat wisata lainnya disekitar Labuan Bajo seperti Wae Cicu, Pulau Bidadari, Pulau Kanawa dan Taman Nasional Komodo.

10. Taman Laut 17 Pulau

Taman Laut 17 pulau
Taman Laut 17 Pulau adalah taman laut yang berada di Indonesia yang terletak di Kecamatan Riung, Kabuapten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Taman laut ini merupakan gugusan pulau-pulau kecil dan besar yang memanjang dari Toro Padang di sebelah barat hingga Pulau Pangsar disebelah timur sebanyak 17 pulau yang luasnya sekitar 9.900 hektar yang terdiri dari laut dan darat termasuk dalam kawasan konservasi dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kupang.
Dikawasan ini terdapat 17 pulau besar dan kecil yang letaknya berdekatan satu dengan yang lainnya seperti Pulau Pata, Pulau Bangko, Pulau Rutong, Pulau Bampa, Pulau Sua, Pulau Telu, Pulau Mborong, Pulau Kolong, Pulau Ontoloe, Pulau Sui, Pulau Wire, Pulau Meja, Pulau Wawi, Pulau Batu, Pulau Taor, Pulau Laingjawa dan Pulau Wingkureo.  Pulau-pulau tersebut dapat dilihat dengan berkeliling menggunakan speedboat selama dua setengah jam.
Peraiaran di Taman Laut 17 Pulau memiliki beberapa jenis karang yang keras dan lembut serta aneka ikan hias warna warni yang dapat Anda nikmati saat menyelam atau diatas perahu dengan mata telanjang saat air laut dalam keadaan tenang.  

11. Pemandian Air Panas Mengeruda

Pemandian Air Panas Mengeruda
Pemandian Air Panas Mengeruda adalah salah satu pemandian air panas alami yang terdapat di Mengeruda, Desa Piga, Kecamatan Soa, Kota Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tempat ini merupakan salah satu Tempat Wisata Menarik Di Flores yang wajib Anda kunjungi. Sumber mata air pemandian ini berasal dari Gunung Inelika di Bajawa. Air panas di pemandian ini dikenal dapat menyembuhkan beberapa penyakit kulit, sebab tingkat kepanasannya layak untuk dijadikan media terapi. 
Tempat wisata ini juga tersedia berbagai fasilitas seperti toilet, rumah makan, kawasan perkemahan serta hutan nan rindang dengan pemandangan alam yang masih sangat alami. 
Nah itulah 11 Tempat Wisata Menarik Di Flores yang wajib Anda kunjungi saat berlibur ke Pulau Flores bersama pasangan, teman atau keluarga yang kami jamin Anda akan merasa puas dan nyaman berlibur ke wilayah ini dan akan membuat Anda ingin kembali dan kembali lagi berlibur ke tempat-tempat wisata menarik di Flores ini.



Kamis, 16 Maret 2017

foto-foto sawah di mannggarai Flores

MANGGARAI FLORES





 

Tentang daerah manggarai

 MANGGARAI

Sebagai kabupaten yang mempunyai areal persawahan terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kabupaten Manggarai dikenal dengan ekowisata persawahan (lodok) berbentuk sarang laba-laba. Seperti apa?

SEJAUH ini wisatawan domestik atau mancanegara hanya mengenal lingko, sawah yang dibentuk atau dibagi seperti jaring laba-laba di Desa Cara, Kecamatan Cancar, Kabupaten Manggarai. Bahkan kemasyuran lingko Cancar sudah mendunia, dan menjadi karya ‘kanonik’ fotografi, membicarakan lingko kurang tepat tanpa menyinggung lingko Cancar.
Meski tidak selegendaris lingko Cancar, di wilayah Kabupaten Manggarai masih terdapat beberapa lingko. Salah satunya adalah persawahan Lingko Ratung milik petani di Kelurahan Carep, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. Lingko ini tidak terlalu jauh dari Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai.  Dari puncak Golo Cador bagian Timur Bandara Frans Sales Lega, lingko ini terpampang bak lukisan naturalis raksasa. Menghampar kehijauan yang diselimuti kabut tipis saat pagi dan petang menjelang. Sangat menarik menjadi lokasi ekowisata, kita bisa melakukan trekking sembari menghirup segarnya oksigen di daerah ini.
Selain keindahan sawah bak jaring laba-laba tersebut, kita juga merasakan sejuknya udara dari rerumputan yang tumbuh di sekitar puncak Golo Cador dan  bonus pemandangan berupa ratusan hektar areal persawahan  berbentuk terasering  di bagian Utara lingko.
Diterangi sinar matahari, bagian pusat lingko terlihat dari kejauhan yang merupakan jantung  aliran air kemudian mengalir ke dalam empat jalur untuk  mengaliri petak-petak sawah dari pusat koordinat lingko.
Semakin ke luar petak-petak sawah semakin membesar dan bagian luar membetuk lingkaran yang dalam bahasa Manggarai disebut cicing, bagian terluar dari sawah (lodok).

Lodok  Lingko Ratung saat sawah masih hijau. (Foto: FBC/Hironimus)