Dimanja di Taman Laut 17 Pulau Riung, Flores
“Satya, wake up. It’s 7 am already. The boat driver’s already here” panggil Carol sambil
mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
Aku bangun setengah melompat dari
tempat tidur. Kaget. Kulirik jam. Sudah jam tujuh pagi. Duh! Kok bisa-bisanya bangun kesiangan.
Kubuka pintu, berterima kasih kepada
Carol telah membangunkanku dan meminta maaf bangun terlambat. Kukatakan pula
aku akan siap dalam 15 menit.
*gosok gigi, pakai baju renang,
pakai sunblock, siapin kamera, ambil fin
& goggle*
Dengan tergopoh-gopoh aku lari ke
depan menghampiri anggota rombongan yang lain. Tepat ketika kami mau berangkat,
Om Oetam keluar dari rumahnya.
“Loh, Satya kesiangan ya? Sudah
sarapan belum?” tanya Om Oetam.
“Iya Om. Hehehe. Nggak apa-apa Om. Masih
bisa tahan sampai makan siang” jawabku.
“Duh, jangan sampai nggak sarapan
dong. Sudah, biarkan saja mereka duluan. Nanti Om antarkan ke pelabuhan naik
motor” ujar Om Oetam.
Dengan bahasa Inggrisnya yang fasih,
Om Oetam meminta empat turis itu berjalan kaki duluan ke pelabuhan. Dari
penginapan Nirvana, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju kesana.
Segera kuhabiskan sarapan yang
terhidang di meja. Om Oetam menyalakan sepeda motornya dan memboncengku ke
pelabuhan.
Baru saja motor melaju sebentar,
saya sudah minta turun. Pengen jalan kaki di antara pohon-pohon kelapa yang
berjejer rapi saja. Tetapi karena harus mengejar kapal ya tancap lagi naik
motor.
Sebelum naik kapal jangan lupa untuk
membayar biaya masuk ke Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung sebesar Rp 5.000,-
untuk wisatawan domestik dan Rp 100.000,- untuk wisatawan mancanegara. Jauh
banget ya bedanya. Hmmm…
Jalan menuju pelabuhan dari desa Riung |
Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung ini
sebenarnya terdiri dari lebih dari 20 pulau. Lalu mengapa angka 17 yang dipakai?
Ternyata alasannya karena patriotisme. Indonesia merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945. Jadilah diambil angka 17 sebagai nama Taman Wisata Alam ini.
Gugusan pulau-pulau di Taman Laut 17
Riung terdiri dari pulau besar dan pulau kecil. Diantaranya adalah Pulau
Ontoloe, Pulau Rutong, Pulau Tiga, Pulau Wire, Pulau Sui, Pulau Taor, Pulau
Meja, Pulau Tembaga, Pulau Bampa, Pulau Patta, Pulau Halima, Pulau Besar, Pulau
Lainjawa, Pulau Kolong, Pulau Dua, Pulau Borong dan Pulau Pau.
Jembatan pelabuhan Riung |
Dari keseluruhan pulau tersebut, ada
tiga pulau yang akan kami kunjungi yaitu Pulau Ontoloe, Pulau Rutong dan Pulau
Tiga. Tiga pulau primadona yang memang paling sering menjadi destinasi utama
wisatawan yang datang ke Riung.
“Di Pulau Ontoloe nanti, banyak
sekali kalong. Orang kita jadi suka bilang itu pulau kalong” ujar Bang Aco,
sang empunya kapal.
Pulau Ontoloe yang dikelilingi bakau menjadi habitat kalong dan binatang lainnya |
Sssttt... Kalongnya mau bobok... |
“Banyak sekali orang kita yang
menjual atraksi Pulau Ontoloe ini dengan memukul-mukul air atau batang pohon
dengan kayu agar gaduh dan melihat kelelawar (kalong) beterbangan. Kasihan kan
kalongnya sedang tidur dibangunkan suara manusia. Ada baiknya kita melihat
mereka di habitat aslinya tanpa mengganggu mereka sama sekali” ujar Bang Aco
panjang lebar.
Aku terpana.
Bang Aco ini keren sekali. Tidak
banyak tour operator yang seperti
dia. Biasanya kan apapun dilakukan asal wisatawan senang. Kalau Bang Aco tidak.
Sebisa mungkin kita, wisatawan diajarkan untuk tidak mengusik binatang dan
alam. Kita yang datang bertamu dan sepatutnya menghormati mereka di habitat
mereka.
Carol menawarkan aku untuk melihat
kalong-kalong yang sedang tertidur menggantung di ranting pohon lewat binocular
/ teropong yang dia bawa. Asyik, bisa melihat mereka dari dekat tanpa harus
menganggu. Walau hampir kebanyakan sedang tidur, ada beberapa kalong yang berterbangan
dari pohon ke pohon. Mungkin mencari tempat untuk tidur yang uenak…
Kuakui baru kali ini kulihat
kelelawar tidur di ranting pohon yang disinari matahari. Jelas-jelas mereka
makhluk yang tidak suka terkena cahaya dan biasa tidur di goa. Ternyata ada
juga yang senang sunbathing. Hehehehe…
Kamu mau kemana, Long (kalong)? |
Di Pulau Ontoloe ini juga terdapat
komodo namun dengan ukuran yang lebih kecil, tidak sebesar komodo di Taman
Nasional Komodo. Cuma mereka susah ditemui karena lebih lincah. Suka hinggap di
atas pohon juga. Jadi mata kita harus ekstra jeli untuk mencari keberadaan
komodo kecil ini. Orang lokal di Riung sering menyebutnya “Mbou”.
Jika ingin trekking keliling Pulau Ontoloe ini bisa asalkan membawa pemandu
yang sudah berpengalaman. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami harus
segera bertolak ke pulau berikutnya dan tidak bisa masuk ke dalam pulau.
Setelah kapal kami didorong menjauh
dari pulau, barulah Bang Aco menghidupkan mesin kapal. Tujuan kami berikutnya
adalah Pulau Rutong, pulau yang jadi primadona di Taman 17 Pulau Riung ini.
Saya pun tertarik untuk datang ke Riung karena melihat foto-foto pulau Rutong
yang dipost teman saya, Wira Nurmansyah di blognya.
Sedari pagi, angin bertiup sangat
kencang bahkan air laut Riung yang biasanya tenang jadi riak gelombang. Mau snorkelling
rasanya agak kurang enak. Jadi ketika yang lain sedang snorkelling, aku memilih
untuk memanjat bukit di Pulau Rutong. Supaya bisa foto-foto dulu sebelum
rambutnya basah kena air laut kan.
Bukitnya kecil banget dan mudah
untuk didaki. Tak sampai 10 menit, aku sudah berada di puncak bukit.
Pulau Rutong |
Cantik banget! Pekikku.
Ilalang terusik oleh angin, diajak
bermain. Bunyi-bunyinya menyenangkan, menenangkan.
Kupanjat satu-satunya pohon yang ada
di situ. Duduk santai sekalian ngadem. Cukup lama aku ngadem-ngadem di atas
pohon sampai rombonganku datang menyusul.
Satu-satunya pohon di puncak bukit pulau Rutong yang kupanjat dan bersantai-santai di dahannya |
“Nanti kita makan siang di sana ya.
Sudah dapat ikan tongkol tadi mancing” ujarnya.
Sedaaaaaappppp! Mari kita makan
siang!
Cuma 10 menit waktu yang dibutuhkan
untuk menuju Pulau Tiga dengan Kapal. Disanalah aku bertemu dengan si Nyong
Ambon yang sedang Island Hopping dengan rombongan lain. Kami hanya berbeda rute
saja. Aku ke Rutong, di ke Tiga. Aku ke Tiga, dia mau ke Rutong. Nggak jodoh.
Menyiapkan makan siang dengan ikan yang baru dipancing. Nyam! |
Happy couple on my journey to Riung, Carol & Gerant. See you in London! |
Benar saja, ketika snorkelling dan
mencoba main-main ke kedalaman 5 meter, kepala rasanya mendengung mau meledak.
Cepat-cepat aku naik ke permukaan. Rasanya sakit sekali. Duh, diurungkan deh
niat untuk berenang terlalu dalam. Sekitar 3 meter sajalah berenangnya. Itu pun
cuma sebentar-sebentar.
Lagi asyik berenang, Bang Aco
memanggil karena makanan sudah dihidangkan, siap untuk disikat! Langsung kami
mendekat ke meja dan mulai mengisi piring-piring kami dengan nasi, lauk yang
sudah disiapkan sewaktu berangkat dan tentu saja nggak lupa dengan ikan tongkol
yang baru saja selesai dibakar dengan bumbu spesial Bang Aco.
Nggak bisa berenang terlalu dalam dulu tapi tetap selfie ya... |
Cuma itu komentarku. Kami duduk di
pasir dan menikmati hidangan kami. Nggak ada yang nggak nambah. Semuanya
ketagihan atau kelaparan ya? Hahaha…
Setelah menandaskan piring, kami
langsung berenang-berenang hore lagi. Jam menunjukkan pukul dua siang. Masih
lama menuju waktu matahari terbenam. Bang Aco bilang kalau spot terbaik untuk
melihat sunset adalah di puncak bukit di Pulau Rutong. Saya pun mengusulkan
untuk kembali ke Rutong dan menunggu matahari terbenam di sana. Semuanya setuju
dan kami langsung bertolak. Sebelum ke Rutong, Bang Aco menunjuk satu
snorkelling spot dan saya ikut turun walau kepala masih sakit.
Riak gelombang sudah tidak setinggi
tadi pagi, sudah lebih enak untuk diselami. Setelah berenang kesana-sini, saya
tidak beruntung bertemu dengan ikan hias yang lucu. Ikannya banyak tapi bukan
ikan hias yang aku cari. Sebalnya si Nyong bilang dia ketemu banyak clown fish yang lucu waktu snorkelling
di Riung dan aku nggak nemu.
Walau begitu, aku tetap terhibur
dengan hamparan terumbu karang berwarna biru yang menawan. Swim, swim, swim, happily swim~
Di Pulau Rutong, saya bertemu lagi
dengan si Nyong Ambon yang ditinggal pulang rombongannya. Asyikkkk ada teman
buat foto-foto seru. Kami keliling pulau bareng dan ngobrol. Baru sekali ketemu
tapi asyik sekali.
Kenalkan ini si Nyong Ambon yang backpackeran berbulan-bulan keliling Indonesia. Kalian bisa cek instagramnya untuk mengikuti perjalanannya. |
Senja dari pulau Rutong |
Senja yang memesona ya... |
Senang bertemu denganmu, Riung. Sampai jumpa lagi. Terima kasih untuk keindahanmu yang memanjakanku.
Notes :
1. Untuk info transportasi menuju Riung, bisa dibaca di sini ya
2. Biaya untuk sewa perahu di Riung sekitar Rp 500.000 - Rp 700.000 per hari dengan kapasitas sekitar 10 orang.
3. Terdapat penyewaan alat snorkeling di NIRVANA Riung. Tetapi untuk yang ingin menyelam, diving, bisa membawa alat sendiri.
4. Biaya sewa perahu itu sudah termasuk satu kali makan siang yang disiapkan oleh pemandu kita.
5. Biaya masuk Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung sebesar Rp 5000,- untuk
wisatawan domestik dan Rp 100.000,- untuk wisatawan asing.
6. Jadilah pejalan yang bertanggung jawab, Tidak mengambil apapun selain
foto, tidak meninggalkan apapun selain jejak dan tidak membunuh apapun
selain waktu. Selamat menikmati Riung ;)